PMII Way Kanan, Menyikapi Tragedi Kanjuruhan
Pada 1 Oktober 2022, terjadi kerusuhan di stadion kanjuruhan Malang seusai pertandingan Arema Fc vs Persebaya. Pada awalnya, terdapat massa yang turun memasuki lapangan stadion, untuk mengungkapkan kekecewaan terhadap hasil pertandingan.Bersikap sportif dan menerima fakta bahwa tim yang kita cintai mengalami kekalahan adalah hal yang masih sangat sulit diterima oleh kalangan suporter di Indonesia, akibatnya tak jarang para suporter kemudian bertindak irasional dan berakhir dengan tindakan yang merugikan ketika tim yang di dukung mengalami kekalahan.Hal tersebutlah yang terjadi juga dalam peristiwa kanjuruhan Malang, akibatnya kemudian aparat kepolisian bergegas bertindak untuk menghalau massa yang turun kelapangan. Tapi sangat disayangkan, aparat menghalau massa dengan tindakan represif, mulai dari pemukulan dan penembakan gas air mata secara berlebihan. Penembakan gas air mata tidak hanya ditembakkan pada massa yang ada di lapangan, tapi juga di lontarkan ke arah tribun yang masih dipenuhi oleh penonton. Akibat dari penembakan gas air mata tersebut menyebabkan massa yang berada di tribun panik dan berdesakan mencari pintu keluar hingga pada akhirnya saling bertabrakan, terinjak-injak, kekurangan oksigen, sesak napas dan pingsan. Peristiwa tersebut mengakibatkan 174 korban jiwa, 11 orang dengan luka berat, dan 298 mengalami luka ringan.Salah satu hal yang menjadi sorotan publik adalah tindakan pengamanan yang dilakukan oleh aparat, terjadinya tragedi kanjuruhan Malang menegaskan bahwa budaya kekerasan masih mengakar dalam tubuh aparat penegak hukum di negara kita. Alih-alih melindungi dan mengayomi, justru tindakan yang terjadi di lapangan kerap kali berbanding terbalik. Berangkat dari hal di atas, Saya Ulumudin,. Ketua PC PMII Way Kanan mengecam tindakan aparat kepolisian yang telah menggunakan kekuatan secara berlebihan dalam menertibkan massa dan mengakibatkan korban jiwa. Apapun alasannya, tindakan kekerasan yang sampai mengakibatkan penghilangan nyawa manusia tidak dapat dibenarkan.dan, kami juga mendesak pemerintah dan institusi Polri dan stakeholder terkait untuk dapat mempertanggung jawabkan peristiwa tersebut dengan tidak melimpahkan kejadian ini kepada “oknum” semata.Kemudian, kami mengajak kepada seluruh suporter dan masyarakat Indonesia untuk senantiasa dapat bertindak rasional dan menjunjung tinggi sportivitas, serta dapat menjunjung tinggi Nilai-nilai kemanusiaan.