Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tampak Depan Buku ‘Ketika Rembulan Insecure.’ Foto oleh Disisi Saidi Fatah (IG: itsme1disisi)

Membaca ‘Ketika Bulan Insecure’ Membaca Diri



Oleh: Disisi Saidi Fatah

Siapa yang tidak kenal dengan insecure, atau yang lebih familiar di telinga kita ialah kurang atau tidak sama sekali percaya dengan diri. Kata insecure sendiri mulai dikenal pada akhir-akhir ini melalui platform digital; yakni sosial media (sosmed).

Banyak sekali para pengguna sosmed yang menggunakan kata ini sebagai istilah kurang percaya pada diri sendiri, bahkan tidak sama sekali.Ya, media sosial memang sangatlah luar biasa. Dengan sekejap bahkan dalam hitungan detik pun apa saja bisa dengan mudah dikenal banyak khalayak. Salah satunya ini.

Namun, dari insecure ini banyak yang kurang paham atau bahkan sama sekali nggak paham dengan penempatan ‘insecure.’ Bahkan banyak pula yang hanya ikut-ikutan trend saja. Ya, alih-alih biar enggak dibilang kudet (kurang update).

Pada akhir Juli lalu, saya meminang sebuah buku karya Bang Wafi yang berhasil terbit pada Juni 2021 di Penerbit Republika, dengan tebal kurang lebih (X + 174) halaman, yang berhasil saya rampungkan kurang lebih 3-4 hari itu memberikan saya banyak pelajaran.

Selain kata-kata yang disajikan dalam narasi pada buku tersebut bisa dikatakan ringan karena sangat mudah dipahami, tata letak bukunya juga tidak membosankan, sehingga membuat saya untuk terus dan terus membaca.

Pada lembar ketiga di buku tersebut, tepatnya tiga romawi (III), kita akan disambut dengan kalimat yang sangat menyentuh; ‘teruntuk kita, yang katanya mencintai diri sendiri’ kata ini sekilas membuat saya berpikir; sudah kah saya mencintai diri sendiri? Bagaimana dengan para pembaca yang sedang berlarut dalam tulisan ini, apakah sudah mencintai dirinya?

Menurut saya, buku ini sangat berbeda dari beberapa buku yang saya baca sebelum-sebelumnya. Buku ini sangat menarik dan pas banget bagi kaum muda, terutama para remaja dan mereka yang sedang berproses menuju dewasa, atau bahkan yang sudah dewasa juga. Karena buku ini sangat baik untuk mengajarkan kita, bagaimana cara kita yang seharusnya memperlakukan diri kita.

Perjalanan demi perjalanan, dari bulan ke bulan dalam buku ini sangat unik. Premis yang digunakan ialah premis yang memang sudah lekat pada kehidupan kita sehari-hari.

Membaca buku ini tentu tidak sekadar duduk santai saja, atau bahkan sambil rebahan. Jangan dah, biar lebih asyik dan hal-hal menarik pada buku dapat diserap dengan baik, saya sarankan sambil menikmati kopi pahit atau teh hangat. Sebagaimana Bang Wafi sarankan, akan lebih nikmat jika ngopi atau ngetehnya sembari menikmati pemandangan indah di depan rumah; seperti taman atau keindahan lainnya.

Seperti yang ditulis penulis pada bagian blurb atau sinopsis pada buku; kalau kita sudah sadar diri cuma sebuah kentang, jangan malah pasrah begitu saja! Ya mikir lah, jangan hanya pasrah menerima begitu saja. Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi keripik atau kentang goreng, atau produk kentang lainnya yang lebih bernilai. Masa iya kita mau pasrah begitu saja.

Nah, begitu pun dengan adanya insecure ini, dia itu menyadarkan kita akan kekurangan kita. Ya sudah mari kita benahi, kita tambal apa saja yang menjadi kekurangan kita, meski tidak bisa maksimal ya seenggaknya kita ada usaha. Sebab kita juga sadar, sebagai manusia tak ada yang sempurna. Bahkan, (maaf) Nabi saja masih ada salah dan kurang, ya kan.

Karena kebanyakan banget ini ya, di sosmed misalnya, ya tidak perlu saya tuliskan siapa dan platform digital apa. Mereka tuh bilang insecure, insecure, dan insecure. Tapi, sama sekali nggak ada usaha untuk merubah dan melawan insecure itu. Seakan-akan pasrah menerima nasib. Saya sangat setuju dengan penulis (Bang Wafi), kita nggak apa-apa insecure, asalkan ada perbaikan pada diri kita. Jangan malah pasrah, merebahkan badan dan menyalahkan diri sendiri.

Hey sadar, kamu itu manusia pilihan, manusia unik. Bayangkan ribuan bahkan jutaan sel dalam rahim orang tuamu, dan kamu terpilih untuk lahir ke dunia. Bahkan ketika kamu lahir ke dunia, banyak insan yang sangat senang akan kehadiranmu. Apakah kau meragukan ciptaan-Nya?

Setiap kita memiliki keunikan dan potensi serta keunggulan yang berbeda-beda. Hal itu agar kita bisa saling melengkapi. Kalian lihat deh pelangi, indah bukan. Nah, yang membuat mereka itu indah apa? Ya warna yang berbeda-beda kan. Coba kamu bayangin kalau pelangi hanya satu warna dan itu pun sama dengan langit atau awan. Yakin dah kalian nggak akan pernah jatuh cinta dan menanti kehadirannya. Nah, lantas bagaimana dengan kamu. Yakin masih ragu dengan diri sendiri?

Kita boleh menjadikan seseorang sebagai role model atau panutan dalam hidup. Namun, bukan berarti kita harus menjadi dia dan tidak menerima dengan adanya diri kita, sehingga kita lupa dengan potensi dan bakat yang kita miliki.

Mari, mulai sekarang kita beranjak dari insecure yang menghancurkan kita dan yang menyesatkan jiwa kita. Mari kita syukuri atas segala pemberian-Nya (Allah Yang Esa). Jangan lagi merasa dirimu hina, dekil, jelek, tak berguna.

Mari manfaatkan setiap waktu dan kesempatan yang datang untuk kita terus belajar dan mengasah diri. Dan yang pasti, jangan mudah termakan omongan tetangga. Ya, banyak-banyakin saja belajar menebalkan muka dan telinga.

Biar lebih meyakinkan, saya sarankan agar banyak istighfar dan membaca. Membaca apa saja, selagi itu baik dan positif, jangan hanya main medsos yang nggak guna, mencibir sana-sini, menyebar provokasi dan berita bohong (eh).

Buku ‘Ketika Rembulan Insecure’ ini sangat bagus untuk kalian yang masih suka nggak percaya diri, dikit-dikit malu, dan lain sebagainya. Ayo keluar dari zona nyamanmu. Merdeka kan dirimu dari penjajahan dirimu sendiri dan merdeka kan dirimu dari membaca.

*** Penulis adalah aktivis muda NU. Jurnalis NU Online dan Wakil Sekretaris PC IPNU Way Kanan, Lampung.