Program PAPeDA Tanamkan Nilai Kebersamaan dan Menjaga Budaya dan Lingkungan
Berita Baru, Jakarta – Program PAPeDA yang sudah berlangsung sejak tahun 2018 itu tidak hanya melakukan kegiatan dan bicara tentang ekonomi saja, melainkan juga menekankan penanaman nilai-nilai kebersamaan dan menjaga budaya, lingkungan dan kelestarian hutan.
Hal itu disampaikan Project Officer PAPeDA dari The Asian Foundation (TAF), Noldy Abrahams dalam dalam webinar bertajuk Memperkuat Kolaborasi Pasar untuk Pengembangan UMKM di Tanah Papua, sekaligus penutup Festival Torang Pu Para Para yang diadakan secara maraton sejak tanggal 16 Agustus 2021.
“Menurut kami, pertemuan antara konsumen dan produsen di sini bukan hanya bicara ekonomi, tapi juga bicara tentang kebersamaan terutama juga menjaga lingkungan dan kelestarian hutan. Itulah nilai-nilai yang sebenarnya ada di PAPeDA,” ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan oleh TAF bersama Perkumpulan PUPUK Surabaya, bekerjasama dengan KIPRa Papua, PtPPMA Papua, Mnukwar Papua, dan GEMAPALA Fakfak, dan Beritabaru.co.
Sebelumnya, Noldy menceritakan bahwa dalam prosesnya, Program PAPeDA pertama-tama menentukan dulu komoditas apa yang pas untuk dikembangkan di Papua karena menurutnya, Papua mempunyai kearifan lokal yang bisa dikembangkan. Kemudian ia mulai mengorganisir setiap lahan-lahan.
Namun, ketika masa panen, ia menghadapi kendala dalam mengemas dan memasarkan produk pangan inovatif Papua, selain karena biaya yang mahal juga karena keterbatasan alat dan teknologi.
Karena itu, pihaknya mengajak PUPUK untuk mau berkolaborasi menjalankan Program PAPeDA mulai dari kemasannya dan menghubungkan kepada konsumen atau pasar.
“Yang menarik itu ketika kita menghubungkan. Contohnya CV Kasih Sayang di Makassar. Itu mereka bukan hanya ingin membuat produknya, tapi juga ingin mengajarkannya. Kemudian ada NCSB di Jayapura. Mereka bukan hanya membeli vanili, tapi juga bersedia menyediakan bibit dan juga pelatihan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Noldy juga menekankan pentingnya kolaborasi antar elemen untuk menghadapi kendala-kendala utama, yaitu biaya produksi yang mahal dan masalah perizinan.
“Di samping dua kendala utama itu, partisipasi komunitas dalam mengembangkan aktivitas ekonomi di Papua itu sangat penting. Sehingga Alam Papua tetap terjaga, masyarakat adat tetap berdaya dan sejahtera,” tegasnya.
Pada gilirannya, Sekjen PUPUK Indonesia, Early Rahmawati menjelaskan bahwa PUPUK sebagai salah satu lembaga yang menaruh perhatian untuk pengembangan UMKM khususnya mendampingi mereka secara teknis.
“Kita memberikan kiat-kiat bagaimana para UMKM ini bisa menganalisa bisnisnya sendiri. Kalau tidak dilakukan kadang-kadang mereka jalan begitu saja, tidak ada perencanaan, sehingga ketika ada kendala dalam pengembangannya mereka tidak tahu bagaimana sebaiknya yang dilakukan,” kata Early Rahmawati.
Early juga menaruh harapan besar pada para Pemuda Papua untuk mampu dan jeli dalam melihat potensi-potensi yang ada dilingkungan sekitarnya, bukan hanya potensi alam, tapi juga potensi dari industri kreatif.
“Jadi sebenarnya potensi yang dimiliki daerah-daerah itu bisa diramu sedemikian rupa melalui pengembangan industri kreatif yang biasanya penggeraknya pemuda. Dan saya yakin itu banyak,” kata Early Rahmawati, sambil menceritakan bagaimana PUPUK memproduksi kaos khas dari Papua.
Sehubungan dengan Program PAPeDA, Early mengatakan pihaknya sudah membantu untuk mulai mengembangkan jaringan ritel untuk produk asli Papua di seluruh Indonesia melalui toko oleh-oleh atau ada website ASMAT Papua.
“Kita campaign di medsos, dan sebagainya. . Dan itu sudah menjadi bagian dari tugas PUPUK selaku pendamping walaupun program sudah berakhir itu tetap kami lakukan,” ujarnya, dalam Webinar yang dilakukan melalui Zoom Seminar dan disiarkan langsung melalui Youtube Beritabaru.co, Asmat Papua Official dan Facebook Beritabaru.co.
Sementara itu, Noldy berharap Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) yang sudah diciptakan, bisa menjadi wadah untuk menggerakkan rantai usaha dari hulu ke hilir.
“Ini memang programatik, tapi ada budaya-budaya yang sudah ada. Itu yang kita coba kembangkan. Agar kegiatan ini tidak hanya programatik tapi juga sebagai kebutuhan yang bisa dilanjutkan,” pungkasnya.